Dari proses eskavasi yang sudah berjalan, saat ini baru sampai pada tahap penggalian sedalam 1 meter dari permukaan tanah dengan luas 12 meter persegi. Luas tersebut bertambah karena semula penggalian hanya 8 meter persegi saja.
Arkeolog BP3 Trowulan Mojokerto, Kuswanto mengatakan, dari temuan-temuan selama proses eskavasi, kesimpulan sementara diketahui bangunan tersebut merupakan bangunan suci atau bangunan candi dari peninggalan candi Hindu.
Hal ini, kata Kuswanto, bisa dipastikan dari sejumlah temuan Yoni yang dianggap sebagai personifikasi Siwa. Candi itu tergolong unik, karena terdapat dua bahan. Yakni batu kapur yang biasa disebut kumbung dan batu bata.
"Selain itu temuan lain yang menguatkan kalau ini adalah bangunan suci agama Hindu adalah temuan bata dan relief-relief berupa suluran yang diantaranya bermotif kalpataru," kata Kuswanto kepada wartawan, Rabu (13/11/2013).
Kuswanto memperkirakan, bangunan suci yang diduga bangunan suci agama Hindu ini berasal dari zaman sebelum Majapahit atau zaman Airlangga yang jejaknya banyak ditemukan di Lamongan.
Dari sejumlah prasasti lain yang ditemukan di Lamongan, kata Kuswanto, daerah tepi Bengawan Solo yang kini ditemukan benda cagar budaya ini diketahui selalu ramai dan digunakan sebagai sarana penyeberangan.
"Secara pasti belum tahu. Tapi dari sejumlah bukti sejarah lain setidaknya ini kemungkinan berasal dari zaman Airlangga sekitar abad 11 sampai abad 12," ungkapnya.
Untuk proses eskavasi tahap kedua ini, tim BP3 Trowulan menerjunkan lebih banyak anggota tim. Dari BP3 Trowulan sendiri, lanjut Kuswanto, ada 10 arkeolog ditambah dengan anggota tim lainnya setidaknya ada 20 hingga 25 anggota tim yang ikut.
Dari proses eskavasi ini, BP3 Trowulan Mojokerto berharap bisa menggali semua temuan bersejarah ini. "Proses eskavasi akan memakan waktu dan kami berharap bisa menemukan pondasi awal bangunan candi ini," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar